Content blocked following your privacy preferences
This content is not being displayed in order to fullfil your privacy preferences (you didn't accept 'Tracking and performance cookies').
Do you want to see this anyways? You can change your preferences here:
TaPe Inspiration
CUCI TANGAN: Tuhan Yesus, Ahli Taurat & Orang Farisi
Related Episodes
Diskusi Sekolah Sabat
Sekolah Sabat Dewasa | Misi Kepada Sesama Saya - Pelajaran 07 Kuartal IV 2023
Kita semua mengetahui ayat berikut ini, "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu" (Luk. 10:27). Namun, kasih kita kepada Allah bisa menjadi dangkal jika kita mengatakan bahwa kita mengasihi Allah tetapi tidak menuruti-Nya. Kita berpikir bahwa kita mengasihi Allah, tetapi bagaimanakah kasih ini ditunjukkan dalam kehidupan kita sehari-hari? Mengasihi Allah membutuhkan komitmen penuh dari hati, jiwa, tubuh, dan pikiran kita setiap hari. Siapa saja bisa mengatakan bahwa dia mengasihi Allah; tetapi, melakukan hal ini membutuhkan usaha yang benar-benar disadari. Namun demikian, walaupun mengasihi Allah itu baik dan penting, Allah juga mau kita mengasihi sesama, karena kasih kita bagi sesama merefleksikan kasih kita kepada Allah, dan itu benar-benar terlihat dalam sebuah cara yang benar-benar nyata dan memiliki pengaruh yang kuat. I Yohanes 4:20 menyatakan, "Jikalau seorang berkata: 'Aku mengasihi Allah,' dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya." Paulus juga mengatakan dalam Galatia 5:14 bahwa "Sebab seluruh hukum Taurat tercakup dalam satu firman ini, yaitu: 'Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri!' " Pekan ini kita akan belajar bagaimana pelajaran ini bisa diaplikasikan dalam kehidupan kita. Saksikan PELAJARAN SEKOLAH SABAT KE 07 dengan judul "MISI KEPADA SESAMA SAYA"
Diskusi Sekolah Sabat
Sekolah Sabat Dewasa | Alasan-Alasan Untuk Menghindari Misi - Pelajaran 05 Kuartal IV 2023
Tidak semua orang yang dipanggil dalam misi itu patuh seperti Abraham. Yunus adalah sebuah contoh (bacalah Yunus 1-4). Allah memanggil Yunus untuk berseru kepada Ninewe, ibu kota Asyur. Kota ini, terletak di Irak modern saat ini, berjarak 560 mil dari Yerusalem, dan memakan satu bulan perjalanan untuk tiba di sana. Yunus bukan hanya menolak untuk pergi—dia bahkan lari ke arah yang berlawanan. Ketika tiba di Yafo, dia membeli sebuah tiket kapal untuk ke Tarsis, yang sekarang adalah Spanyol bagian selatan. Berlayar sejauh 2.000 mil akan memakan waktu paling lambat satu bulan, tergantung pada cuaca. Karena tidak ingin berhadapan dengan Raja Asyur, Yunus menggunakan satu bulan untuk melarikan diri yang seharusnya waktu itu ditempuh untuk membawanya ke Niniwe. Mengapakah dia, sebagai seorang hambu Allah, melakukan hal tersebut? Orang-orang Niniwe benar-benar jahat, satu bangsa yang terkenal dengan kejahatan dan kekejaman mereka dan yang juga menyerang Israel dan Yehuda. Namun demikian, Allah memanggil Yunus untuk pergi ke Niniwe dan berseru melawan kefasikan negeri itu (Yun. 1:2). Kata-kata di ayat ini sangat mirip dengan kata-kata yang digunakan Allah ketika berbicara kepada Abraham tentang Sodom dan Gomora, dalam Kejadian 18:20, 21. Seperti yang kita akan lihat nanti, Yunus bukanlah Abraham. Apakah yang bisa kita pelajari tentang sikap Yunus sehubungan dengan alasan-alasan yang dapat kita buat untuk tidak melakukan misi? Saksikan PELAJARAN SEKOLAH SABAT KE 05 dengan judul "ALASAN-ALASAN UNTUK MENGHINDARI MISI"
Diskusi Sekolah Sabat
Sekolah Sabat Dewasa | Membagikan Misi Allah - Pelajaran 04 Kuartal IV 2023
Sejak awal, Abraham ingin untuk digunakan oleh Allah bagi misi-Nya. Kebenaran ini bisa dilihat, sebagai contohnya, dalam Kejadian 18, ketika Allah memperingatkan kepadanya tentang apa yang akan terjadi terhadap Sodom dan Gomora. "Sungguh, Tuhan ALLAH tidak berbuat sesuatu tanpa me- nyatakan keputusan-Nya kepada hamba-hamba-Nya, para nabi" (Amos 3:7). Dan di dalam cerita Sodom dan Gomora, "hamba-Nya, para nabi" itu adalah Abraham. Abraham sedang beristirahat pada hari yang panas itu ketika dia melihat tiga orang pelancong. "Abraham melihat di dalam diri ketiga orang temannya itu hanyalah tiga orang asing yang keletihan, tidak terlintas dalam pikirannya bahwa di antara mereka ada satu Pribadi yang boleh ia sembah tanpa berbuat dosa"—Ellen G. White, Patriarchs and Prophets, hlm. 138, 139. Namun demikian, Abraham segera terlibat secara pribadi dalam misi Allah. Keterlibatannya, sebagaimana dinyatakan dalam pasal ini, adalah berdoa untuk menjadi perantara bagi orang-orang yang ada di Sodom dan Gomora. Yaitu, dia ingin melihat, jika mungkin, orang-orang ini bisa diselamatkan terlepas dari kesalahan-kesalahan mereka. Dalam arti tertentu, jika misi bukan tentang hal seperti di atas—lalu tentang apa? Di sepanjang pasal ini, ada tiga kualitas spiritual yang hebat dari Abraham yang dinyatakan: Keramahtamahan, kasih, dan doa ini semua adalah kuali- tas-kualitas yang sangat bisa membantu dalam pekerjaan misi. Saksikan PELAJARAN SEKOLAH SABAT KE 04 dengan judul "MEMBAGIKAN MISI ALLAH"
Diskusi Sekolah Sabat
Sekolah Sabat Dewasa | Panggilan Allah Untuk Misi - Pelajaran 03 Kuartal IV 2023
Terkadang Allah dapat mengeluarkan kita dari zona nyaman kita dan menjadikan kita sebagai saksinya. Kadang-kadang perubahan ini bisa digunakan untuk menyelesaikan tujuan-tujuannya, contohnya adalah ketika terseraknya orang-orang di berbagai tempat pada peristiwa Menara Babel. “Terseraknya mereka ini adalah satu cara untuk memenuhi kembali bumi ini, dan dengan demikian maksud Tuhan telah dilaksanakan melalui satu cara yang telah digunakan manusia untuk menggagalkannya”—Ellen G. White, Alfa dan Omega, jld.1, hlm. 132. Sementara itu, Abraham keluar dari negerinya sendiri ke tempat yang lain (Kejadian 12) sebagai satu alat bagi Tuhan untuk bersaksi. Murid-murid Yesus beralih, dari yang tadinya bekerja hanya bagi bangsa mereka sendiri (Kisah Para Rasul 3) sekarang mereka bekerja bagi bangsa lain juga (Kis. 8:1-4). Dalam Kisah Para Rasul 1:8, Yesus meletakkan satu prinsip penginjilan, mereka harus memulai dari tempat di mana mereka berada, yaitu Yerusalem dan Yudea, dan kemudian pergi ke Samaria, dan pada akhirnya, sampai ke ujung-ujung bumi. Tetapi, kalau pun kita tidak meninggalkan negeri kita, Allah tetap menginginkan kita untuk menjangkau orang-orang yang ada di sekeliling kita. Ketika gereja di Yerusalem merasa puas diri, anggota-anggotanya menjadi tersebar. Walaupun penganiayaan datang dan orang-orang ini menderita, hal yang tidak menyenangkan ini menjadi sarana untuk menyebarkan kabar baik ke seluruh dunia. Saksikan PELAJARAN SEKOLAH SABAT KE 03 dengan judul "PANGGILAN ALLAH UNTUK MISI"