PAPUA.hopechannel.id || Yayasan Cahaya Harapan Papua yang berada di Desa Wakidam, Distrik Eipumek, Kabupaten Pegunungan Bintang-Papua. Yayasan tersebut memiliki empat pos pelayanan diantaranya TK-PAUD-SD Cahaya Harapan Papua Suminka, TK-PAUD-SD Cahaya Harapan Papua Wakidam, TK-PAUD-SD Cahaya Harapan Papua Okpa, dan TK-PAUD Cahaya Harapan Papua Tinibil.
Yayasan Cahaya Harapan Papua yang mendirikan sekolah-sekolah di pedalam Pegunungan Bintang tersebut telah dilakukan jauh sebelum tahun 2015 melalui penerbangan Advent yang ada di sana.
Dituturkan bahwa pelayanan di daerah tersebut awalnya dijangkau dengan pelayanan penerbangan dengan melakukan pelayanan secara umum khususnya di daerah-daerah pegunungan, dan melalui pelayanan tersebut, masyarakat pegunungan tertarik dan kemudian menyerahkan sebuah lokasi yang dijadikan lokasi Advent.
Kemudian di tahun 2015 pelayanan seputar kesehatan dan pendidikan mulai dirintis dan mendapatkan tanggapan baik oleh masyarakat di sana. Pekerjaan kesehatan dan pendidikan masih terus dilakukan dan semakin meluas sesuai dengan permintaan masyarakat sehingga tahun tahun berikutnya didirikanlah lembaga pendidikan di beberapa lokasi diantaranya TK-PAUD-SD Cahaya Harapan Papua Suminka, TK-PAUD-SD Cahaya Harapan Papua Wakidam, TK-PAUD-SD Cahaya Harapan Papua Okpa, dan TK-PAUD Cahaya Harapan Papua Tinibil, hingga tahun 2019 sekolah Advent telah banyak berkembang dan mulai merekrut guru untuk menjalankan sistem pendidikan yang lebih baik lagi.
Hingga kini telah ada sekitar 38 guru termasuk 4 guru lokal yang ada di Desa Wakidam, Distrik Eipumek, Kabupaten Pegunungan Bintang-Papua dan tepat tanggal 31 kepengurusan data dapodik di pemerintahan Pegunungan Bintang telah selesai dilakukan dan sudah dapat melakukan ujian sendiri.
Adapun jumlah siswa saat ini adalah 142 siswa dan dari tahun ketahun akan semakin berkembang.
Kepada Media saat dihubungi Ayup Antukali S.Pd Koordinator sekolah Cahaya Harapan Papua Wakidam menuturkan bahwa proses kepengurusan Dapodik telah dilakukan
Lanjutnya bahwa Proses belajar mengajar dilakukan seperti biasa yaitu pukul 97:30 WIT hingga pukul 12:00 WIT dimana masih terjadi keterbatasan kelas sehingga masih meminjam Balai Desa dan Posyandu untuk dijadikan kelas.
“KBM berjalan seperti biasa jadi 07:30 sampai jam 12 tapi dengan keterbatasan kelas jadi kita masih menggunakan akses balai desa dengan posyandu” Ungkapnya.
Ia Menuturkan pula bahwa awalnya sekolah-sekolah yang ada kelas-kelasnya dibuat dengan Terpal yang dibentangkan dan diikatkan pada kayu-kayu bulat. namun karena melihat kondisi tersebut akhirnya pihak sekolah meminta izin untuk menggunakan balai desa yang ada.
“Sebelumnya kita masih ada dengan kelas terpal jadi kita hanya pakai kayu bulat saja tapi karena itu tidak efisien lagi untuk belajar jadi kita sudah bongkar dan kita pinjam balai desa di Wakidam itu” Ungkapnya kepada media.
Dirinya berharap agar kedepannya akan ada ketersediaan kelas yang memadai dengan dilakukan pembangunan kelas yang permanen sehingga proses belajar mengajar akan lebih baik dilakukan.
Lanjutnya bahwa saat ini pihak sekolah sedang mengalami keterbatasan buku-buku sebagai bahan pembelajaran serta seragam untuk anak-anak sekolah di sana dan juga alat alat pendukung lainnya untuk proses KBM, sehingga diharapkan akan ada donatur yang ingin membantu mungkin untuk menyediakan pakaian seragam atau juga buku-buku.
“Jadi memang saat ini yang juga dibutuhkan adalah buku-buku. Karena dari semua KBM yang dijalankan tidak ada pembayaran yang dilakukan oleh murid-murid jadi kita harus sediakan semua mereka punya seragam, mereka punya buku-buku” ungkapnya.
Perekrutan guru-guru tersebut dilakukan dengan merekrut sebagian besar dari 1000 misionaris
Ia berharap dengan kehadiran sekolah di sana, kedepan akan menjadi pilot misi untuk menghasilkan anak-anak yang akan menjadi tulang punggung pekerjaan pelayanan Tuhan di daerah Pegunungan Bintang Papua.
“Jadi harapan kami kedepan sekolah Cahaya Harapan Papua ini bisa jadi pilot misi untuk atau pilot projek untuk kedepannya kita bisa menghasilkan anak anak yang bisa jadi tulang punggung atau baris depan akan pekerjaan Tuhan di daerah Pegunungan Bintang” Tutupnya. (**/red